Coba kau tanya siapapun di dunia ini, apa rasanya jatuh?sakit. Kata itu yang pasti mereka jawab.Yakinlah, semua orang pasti pernah jatuh. Termasuk saya. Saya jatuh tapi tidak seperti apa yang mereka katakan. Jatuh itu indah, lucu, keren. Aku mencintai jatuh, kata orang "Jatuh Cinta" namanya. Ah, aku tak perduli apa namanya karena rasanya akan selalu sama.
Pikir saya, semua orang harus mencintai jatuh. Kenapa tidak?Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan agar saling mengenal, dan akhirnya jatuh cinta. Booms!
Tapi ada satu hal yang aku heran tentang jatuh ini. Terkadang juga aku kagum, kepada mereka yang berhasil mencintai dalam diam. Memperhatikan seseorang dari kejauhan, memerah merona ketika saling berpapasan, nulis diary(cerita ini itu sendirian), dengerin lagu sendiri di depan si dia pake headset, liatin hujan, sambil senyum-senyum sendiri di jendela daaannnnn semua yang dia rasakan sendiri. Iya benar, sendiri. Jatuh cinta diam-diam sama saja seperti jatuh cinta sendiri. Mereka nggak akan pernah tau apa yang si dia rasakan juga. Mereka nggak tau kalau si dia mencintainya juga. Atau, mereka harus menerima kenyataan di belakang bahwa si dia nggak pernah membalas cintanya kembali. Sakit ya kedengarannya, itu kenapa aku menganggap mereka yang sanggup jatuh cinta dalam diam hanya orang-orang yang kuat. Bahkan saat sakit, seperti cemburu melihat si dia dengan yang lain, mereka tetap berharap lebih seperti sesuatu yang ajaib.
"Gue suka sama seseorang kan, tapi gue tuh kayak mencintai dalam diam gitu. Sedangkan di luar, gue cerita ke semua orang kalo gue sukanya sama si anu, padahal aslinya beda." ya, keluh salah satu pasien sejati saya di sekolah. Masih banyak sebenarnya kalimat yang gadis itu ceritakan ke saya. Intinya hanya satu, berusaha jatuh cinta diam-diam. Aneh ya, padahal dia baru saja cerita ke saya tapi masih menyebutnya diam-diam.
Saya sendiri punya banyak cerita saat jatuh, ada cinta di dalamnya. Cinta itu seperti kasur yang empuk, karenanya para kawula muda sekarang lebih senang jatuh lalu berbaring disana daripada memilih untuk segera bangkit. Wajar sih, bagi mereka, namanya juga anak muda, toh daripada terlambat muda alias lebay di masa tua lebih baik melakukannya sekarang juga, bukan? sialnya, masa muda saya termasuk dalam pendapat mereka. Mungkin sekarang saatnya saya mengganti kata "mereka" menjadi "kami".
Memang, sekolah bukan tempat yang istimewa untuk jatuh cinta. Aku tidak pernah merencanakan akan jatuh cinta dimana dan pada siapa, tapi saat rasa itu datang, sungguh aku heran. Aku heran dan terlalu bingung memikirkan apa yang aku rasakan sampai aku lupa seiring waktu, cinta itu benar-benar nyata. Bahkan aku terlanjur memproklamasikannya kepada semua orang.
"Matanya sipit, kulitnya putih, kayaknya orang ini salah sekolah deh"ujarku saat melihat 'dia'
"Disini ngga ada pribumi yang ganteng atau gimana ya, hari pertama masuk SMP kok malah liat mandarin begini"lanjutku sambil menaruh tatapan aneh kepada dia. Dia kan sipit, ga mungkin bisa ngeliat tatapan aku-ya saat itu aku kira orang sipit sama seperti orang buta, bedanya, sipit masih bisa jalan mata telanjang, ngga perlu pakai tongkat atau kacamata hitam.
Hmm, sebut saja 'dia' yang aku maksud disini bernama Jayen. Entah kenapa satu hari setelah aku menghujatnya dalam hati, kami jadi akrab di sosial media. Lalu, disekolah, karena sering bertemu Jayen, aku jadi semakin 'terbiasa' sampai hafal semua kebiasaannya; pulang sekolah ke masjid, habis itu langsung pulang, les dirumahnya, ditambah setiap akhir pekan ada les piano. Aku rasa kehidupan Jayen membosankan, aku ingin jadi bagian dalam hidupnya.
Dua tahun berlalu, serangkaian tingkah aneh untuk menunjukkan rasa cinta kepadanya tak pernah habis. Aku tidak bisa menceritakan semuanya disini, because you know what I feel now. Mungkin, pada postingan berikutnya. Tapi, ada satu hal yang ingin aku tambahkan, pada akhirnya penantian dua tahun itu hancur. Aku tidak bisa menyalahkan siapapun, setidaknya aku belajar dari semua ini. Terima kasih untuk kamu yang membuatku mengerti rasanya terbuai imajinasi dan angan untuk selalu bersamamu. Terima kasih, aku dapat lebih dewasa untuk menerima kebangkitan saat ini.
Saat aku jatuh, aku temukan cinta, tapi saat aku bangkit aku temukan Allah yang menuntunku. Terima kasih.
Minggu, 11 September 2016
Subscribe to:
Komentar (Atom)

