Jumat, 22 Desember 2017

Sekarang Bahagianya Udah Beda

               Kalau dulu bahagianya pergi ke sekolah, bercanda, sampai dimanjakan dengan sikap dan perhatiannya. Maka sekarang aku memilih bahagia yang berbeda. Bahagiaku bukan lagi tentang dia. Ataupun melihatnya malu sampai memerah ketika tak sengaja memujiku.
                Setiap orang, termasuk kamu, berhak untuk bahagia dan memilih bahagianya. Termasuk bersama siapa ia bahagia. Tidak ada yang dapat memaksa seorang lelaki bahagia bersama seorang perempuan selama tak ada ikatan halal diantaranya. Terlebih jika kamu, bukan wanita yang ia inginkan untuk bahagia bersamanya. Mungkin, kamu pernah menjadi bahagianya. Tetapi, itu dulu. Jangan pernah kamu paksakan rasa, karena sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah berarti apa-apa nantinya. Jika hari ini ia telah memilih wanita lain, maka bersabarlah. Lukamu akan segera pulih. Percaya padaku.
                Sebelum kamu meminta tissue untuk menghapus air mata yang saat ini mulai membendung, mungkin kamu bisa mengangkat tanganmu untuk menepukkannya bersama tanganku. Atau bahkan kita dapat berpelukkan. Karena rasa sakit yang sedang kamu rasakan sama seperti apa yang pernah aku rasakan dahulu. Tidak apa-apa. Buktinya, sampai saat ini lubang hidungku masih dapat tetap melaksanakan kewajibannya menjadi jalan masuk Oksigen setiap part per million waktu.
                Memang tidak mudah rasanya untuk melepaskan dia. Namun jika hatimu menjadi taruhannya, apakah hanya setinggi itu kehormatanmu? Sadarlah, tuan putri. Jika ia telah memilih bahagia yang berbeda, maka kamu juga berhak melakukannya. Eits! Aku tidak sedang menyuruhmu menjadi pemikat hati lelaki lain atau bahkan semua lelaki disekelilingmu. Seriously, tidak akan berarti apa-apa untukmu nanti. Cara seperti itu hanya membuka peluang untuk kamu kembali terluka. Karena pada kenyataannya kamu tetap merasakan sakit ketika melihat dia bersama wanita yang kini menjadi bahagianya.
                Maka sekarang, izinkan aku bercerita tentang bahagia yang tak lagi sama. Bahagiaku sudah beda. Tidak ada satu katapun dari namanya yang menjadi bagian dari hari-hari yang aku lewati. Tidak pernah aku memaksakan hal ini terjadi, namun semua berjalan begitu saja semenjak kamu pergi. Rasa kecewa, kesal, dan sedih menjadi hal lumrah yang sempat aku rasakan. Namun kemudian, aku memilih kembali kepada-Nya. Kenyataannya, Dia jauh lebih mencintaiku dibanding dia. Dia yang selalu memberikan pelukan hangat pada seorang hamba yang menitihkan air mata dalam sujudnya. Dia yang menghadirkan ketenangan saat aku merasa tak ada lagi tempat untuk ketenangan pada setiap sudut di muka bumi ini. Dialah Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang tidak akan sekalipun mematahkan harapan yang tergantung pada-Nya.

                Kalau selama ini kamu tidak pernah merasakan kebahagian dari cinta-Nya, itumah kamunya aja yang ngeyel!

K A T A R I N D U

                 Bersama tinta yang tergores dalam secarik kertas putih ini, aku sampaikan rindu kepada dia yang entah milik siapa. Dengan seuntai rindu yang tertahan dan tak akan terungkap sampai kapanpun. Rasa rindu yang hanya sebatas tetesan rasa yang tak sengaja tertumpah ketika hati ini berusaha menjadikan-Nya hanya satu-satunya penghuni hati.
                Dia. Seorang lelaki yang saat ini datang tanpa permisi, duduk dan bersemayam di dalam hati. Antara senang dan khawatir atas rasa yang tak sengaja masuk, maafkan aku yang sempat berpikir ingin menjadi pendamping halalmu suatu saat nanti. Maafkan aku yang sempat menyebut nama mu pada sholat malam ku dan setiap doa yang terpanjat ketika hati merasa rindu. Aku hanya ingin melepaskan segala rasa ini, namun aku terlalu lemah untuk melakukannya. Aku terlalu naif untuk merasakan cinta. Bahkan aku takut, apa yang aku rasa selama ini hanya bayang-bayang semu dari bisikian syaitan tentangmu.
                Seandainya kamu tahu, mungkin kamu akan menjauh dan menjaga jarak antara kita. Mungkin akan merasa risih akan apa yang aku rasakan. Tapi percayalah, aku sedang berusaha mengikhlaskanmu. Aku akan selalu berusaha melepaskanmu dari angan-angan yang sempat tercipta. Aku akan segera melupakan rasa yang ada, pasti. Dan aku mohon, kamu tidak perlu menjauh. Kamu tidak perlu pergi. Kamu hanya perlu menjadi dirimu yang aku kagumi sikapnya. Karena kamu tidak pernah salah. Aku yang salah. Aku yang begitu lemah menjaga hati dan membiarkanmu masuk kedalam celah antaranya.
                Biarkan aku yang pergi. Dan maaf atas segala rasa yang sempat tercipta.                                

By :
Free Blog Templates